Hujan Merah
Dari tanggal 25 Juli hingga 23 September 2001, hujan berwarna merah terjadi di negara bagian Kerala, India. Air hujan yang jatuh berwarna merah. Warna kuning, hijau dan hitam juga dilaporkan ada. Hujan berwarna dilaporkan telah ada di Kerala sejak tahun 1896 dan beberapa kali setelahnya.
Diumumkan bahwa hujan ini diwarnai oleh jatuhan radio aktif ledakan meteor, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Indiam elaporkan bahwa hujan ini berwarna akibat spora airborne dari alga lokal. Ada juga yang mengusulkan bahwa partikel berwarna tersebut merupakan sel ekstraterestial. Teori ini diusulkan oleh Godfrey Louis dan Santhosh Kumar dari Universitas Mahatma Gandhi di Kottayam.
Profesor Wickeramasinghe yakin bahwa kehidupan berasal dari angkasa. Hal ini berpangkal dari hujan merah aneh di kawasan India sebelah Selatan juli 2001 silam. Setelah hujan berlalu, orang-orang menemukan benda misterius. Ilmuwan menyebutkan, bahwa (titik) hujan merah cemerlang ini besar kemungkinan mengandung jejak kehidupan makhluk angkasa luar. Menurut laporan The Sun Inggris, bahwa ketika meteor melintas di angkasa dan meledak setelah terjadi gesekan atau berbenturan dengan atmosfer bumi, dimana dalam 2 bulan secara kontinue, sejumlah besar titik hujan berwarna merah cemerlang.
Menurut laporan BBC, ketika itu penduduk setempat mengira hujan merah yang aneh itu adalah pertanda datangnya kiamat. Namun pemerintah daerah setempat mengklarifikasinya: Hujan merah ini hanya merupakan debu padang pasir dari kawasan Arab.
Tapi doktor Gofrey Louis dan Sejawatnya Wickeramasinghe dari Universitas Gandhi menuturkan, bahwa dalam cairan-cairan merah tersebut, dimana secara “biologis mengandung suatu partikel hidup warna merah yang mirip dengan sel”. Mereka menuturkan, bahwa partikel-partikel merah tersebut seperti suatu kehidupan yang berasal dari angkasa luar, paling tidak ada 5 ton partikel demikian yang mengumpulkan karbon dan gas yang kemudian membentuk titik hujan berwarna merah cemerlang dan jatuh ke bumi.
Kesimpulan doktor Godfrey Louis ini berdasarkan sejumlah sel binatang yang sangat kecil yang ditemukannya dalam hujan merah ini, semua sel-sel ini tidak ber-DNA. Sedangkan sel semua makhluk hidup di bumi mesti memiliki DNA!
Belakangan ini, pendapatnya itu telah menimbulkan kontroversial di antara para ilmuwan di seluruh dunia. Dan perdebatan tentang asal muasal sel-sel misterius ini pun muncul karenanya.
Dan baru-baru ini, satuan produksi Horizon BBC menemani profesor Wickeramasinghe berangkat ke selatan India untuk menyelidiki lebih lanjut terhadap hujan merah ketika itu. Di India Wickeramansinghe bertemu dengan doctor Louis, kemudian mereka mewawancarai sejumlah saksi mata hujan merah tersebut. Di saat yang sama Wickeramasinghe juga meninjau tugas terbaru doktor Louis.
Doktor Louis mempertunjukkan mikroba angkasa yang ditemukan dalam hujan merah tersebut yang diluar dugaan dapat menahan suhu panas setinggi 300?C! melihat itu Wickeramasinghe lantas meyakini bahwa hujan merah itu merupakan suatu bentuk kehidupan dari angkasa luar.
Wickeramasinghe menuturkan : “sebelum ke India, saya masih ragu apa benar hujan merah ini adalah tamu dari luar angkasa. Namun, setelah tiba di India, saya sangat yakin atas hal ini!
Bersamaan dengan itu, Badan Antariksa Nasional AS masih meneliti daya tahan bakteri di bumi terhadap keadaan yang ekstrem dingin itu. Dan hasilnya ditemukan, bakteri-bakteri tertentu ini memiliki daya tahan yang sulit dipercaya terhadap ekstrem dingin ataupun panas, cukup mengikuti sebuah meteorit melintasi angkasa menuju bumi.
Profesor Wickeramasinghe menuturkan : “dalam perjalanannya ke bumi, bakteri-bakteri ini mesti menahan suhu yang ekstrem rendah, ruang hampa udara, sinar ultraviolet, sinar kosmos, sinar x dan faktor-faktor lainnya di angkasa.”
Dalam 10 tahun belakangan ini, ilmuwan semakin serius menyikapi Panspermia (teori embrio asing) ini. Minat penyelidikan NASA terhadap kehidupan di luar angkasa juga semakin kuat. Dan sehubungan dengan hal ini mereka membuat sebuah kapal selam yang dikendalikan robot, yang direncanakan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di samudera yang banyak terdapat satelit di Jupiter. Dan saat ini kapal selam ini tengah di uji coba pelayarannya di suatu danau di negara bagian Texas, AS.
Seandainya kehidupan awal benar-benar dari planet luar, maka semua makhluk hidup di bumi termasuk manusia berasal dari evolusi kehidupan pertama ini. Dan jika ditilik dari pengertian ini, bukankah kita semua ini merupakan makhkluk angkasa luar dalam arti tertentu.
Dari tanggal 25 Juli hingga 23 September 2001, hujan berwarna merah terjadi di negara bagian Kerala, India. Air hujan yang jatuh berwarna merah. Warna kuning, hijau dan hitam juga dilaporkan ada. Hujan berwarna dilaporkan telah ada di Kerala sejak tahun 1896 dan beberapa kali setelahnya.
Diumumkan bahwa hujan ini diwarnai oleh jatuhan radio aktif ledakan meteor, tetapi penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Indiam elaporkan bahwa hujan ini berwarna akibat spora airborne dari alga lokal. Ada juga yang mengusulkan bahwa partikel berwarna tersebut merupakan sel ekstraterestial. Teori ini diusulkan oleh Godfrey Louis dan Santhosh Kumar dari Universitas Mahatma Gandhi di Kottayam.
Profesor Wickeramasinghe yakin bahwa kehidupan berasal dari angkasa. Hal ini berpangkal dari hujan merah aneh di kawasan India sebelah Selatan juli 2001 silam. Setelah hujan berlalu, orang-orang menemukan benda misterius. Ilmuwan menyebutkan, bahwa (titik) hujan merah cemerlang ini besar kemungkinan mengandung jejak kehidupan makhluk angkasa luar. Menurut laporan The Sun Inggris, bahwa ketika meteor melintas di angkasa dan meledak setelah terjadi gesekan atau berbenturan dengan atmosfer bumi, dimana dalam 2 bulan secara kontinue, sejumlah besar titik hujan berwarna merah cemerlang.
Menurut laporan BBC, ketika itu penduduk setempat mengira hujan merah yang aneh itu adalah pertanda datangnya kiamat. Namun pemerintah daerah setempat mengklarifikasinya: Hujan merah ini hanya merupakan debu padang pasir dari kawasan Arab.
Tapi doktor Gofrey Louis dan Sejawatnya Wickeramasinghe dari Universitas Gandhi menuturkan, bahwa dalam cairan-cairan merah tersebut, dimana secara “biologis mengandung suatu partikel hidup warna merah yang mirip dengan sel”. Mereka menuturkan, bahwa partikel-partikel merah tersebut seperti suatu kehidupan yang berasal dari angkasa luar, paling tidak ada 5 ton partikel demikian yang mengumpulkan karbon dan gas yang kemudian membentuk titik hujan berwarna merah cemerlang dan jatuh ke bumi.
Kesimpulan doktor Godfrey Louis ini berdasarkan sejumlah sel binatang yang sangat kecil yang ditemukannya dalam hujan merah ini, semua sel-sel ini tidak ber-DNA. Sedangkan sel semua makhluk hidup di bumi mesti memiliki DNA!
Belakangan ini, pendapatnya itu telah menimbulkan kontroversial di antara para ilmuwan di seluruh dunia. Dan perdebatan tentang asal muasal sel-sel misterius ini pun muncul karenanya.
Dan baru-baru ini, satuan produksi Horizon BBC menemani profesor Wickeramasinghe berangkat ke selatan India untuk menyelidiki lebih lanjut terhadap hujan merah ketika itu. Di India Wickeramansinghe bertemu dengan doctor Louis, kemudian mereka mewawancarai sejumlah saksi mata hujan merah tersebut. Di saat yang sama Wickeramasinghe juga meninjau tugas terbaru doktor Louis.
Doktor Louis mempertunjukkan mikroba angkasa yang ditemukan dalam hujan merah tersebut yang diluar dugaan dapat menahan suhu panas setinggi 300?C! melihat itu Wickeramasinghe lantas meyakini bahwa hujan merah itu merupakan suatu bentuk kehidupan dari angkasa luar.
Wickeramasinghe menuturkan : “sebelum ke India, saya masih ragu apa benar hujan merah ini adalah tamu dari luar angkasa. Namun, setelah tiba di India, saya sangat yakin atas hal ini!
Bersamaan dengan itu, Badan Antariksa Nasional AS masih meneliti daya tahan bakteri di bumi terhadap keadaan yang ekstrem dingin itu. Dan hasilnya ditemukan, bakteri-bakteri tertentu ini memiliki daya tahan yang sulit dipercaya terhadap ekstrem dingin ataupun panas, cukup mengikuti sebuah meteorit melintasi angkasa menuju bumi.
Profesor Wickeramasinghe menuturkan : “dalam perjalanannya ke bumi, bakteri-bakteri ini mesti menahan suhu yang ekstrem rendah, ruang hampa udara, sinar ultraviolet, sinar kosmos, sinar x dan faktor-faktor lainnya di angkasa.”
Dalam 10 tahun belakangan ini, ilmuwan semakin serius menyikapi Panspermia (teori embrio asing) ini. Minat penyelidikan NASA terhadap kehidupan di luar angkasa juga semakin kuat. Dan sehubungan dengan hal ini mereka membuat sebuah kapal selam yang dikendalikan robot, yang direncanakan untuk mencari tanda-tanda kehidupan di samudera yang banyak terdapat satelit di Jupiter. Dan saat ini kapal selam ini tengah di uji coba pelayarannya di suatu danau di negara bagian Texas, AS.
Seandainya kehidupan awal benar-benar dari planet luar, maka semua makhluk hidup di bumi termasuk manusia berasal dari evolusi kehidupan pertama ini. Dan jika ditilik dari pengertian ini, bukankah kita semua ini merupakan makhkluk angkasa luar dalam arti tertentu.
Lebih dari 500.000 meter kubik air hujan berwarna merah tercurah ke bumi. Pada mulanya ilmuwan mengira air hujan yang berwarna merah itu disebabkan oleh pasir gurun, namun para Ilmuwan menemukan sesuatu yang mengejutkan, unsur merah di dalam air tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi !
Menurut ilmuwan setempat unsur merah di dalam air tersebut adalah sel hidup, sel yang bukan berasal dari bumi
Hujan yang pertama jatuh di distrik Kottayam dan Idukki di wilayah selatan India. Bukan hanya hujan berwarna merah, 10 hari pertama dilaporkan turunnya hujan berwarna kuning, hijau dan bahkan hitam. Setelah 10 hari, intensitas curah hujan mereda hingga September.
Hujan tersebut turun hanya pada wilayah yang terbatas dan biasanya hanya berlangsung sekitar 20 menit per hujan. Para penduduk lokal menemukan baju-baju yang dijemur berubah warna menjadi merah seperti darah. Penduduk lokal juga melaporkan adanya bunyi ledakan dan cahaya terang yang mendahului turunnya hujan yang dipercaya sebagai ledakan meteor.
Contoh air hujan tersebut segera dibawa untuk diteliti oleh pemerintah India dan ilmuwan. Salah satu ilmuwan independen yang menelitinya adalah Godfrey Louis dan Santosh Kumara dari Universitas Mahatma Gandhi.
Mereka mengumpulkan lebih dari 120 laporan dari penduduk setempat dan mengumpulkan sampel air hujan merah dari wilayah sepanjang 100 km. Pertama kali mereka mengira bahwa partikel merah di dalam air adalah partikel pasir yang terbawa dari gurun Arab.
Hal ini pernah terjadi pada Juli 1968 dimana pasir dari gurun sahara terbawa angin hingga menyebabkan hujan merah di Inggris. Namun mereka menemukan bahwa unsur merah di dalam air tersebut bukanlah butiran pasir, melainkan sel-sel yang hidup.
Komposisi sel tersebut terdiri dari 50% Karbon, 45% Oksigen dan 5% unsur lain seperti besi dan sodium, konsisten dengan komponen sel biologi lainnya, dan sel itu juga membelah diri. Sel itu memiliki diameter antara 3-10 mikrometer dengan dinding sel yang tebal dan memiliki variasi nanostruktur didalam membrannya.
Namun tidak ada nukleus yang dapat diidentifikasi. Setiap meter kubik sampel yang diambil, terdapat 100 gram unsur merah. Jadi apabila dijumlah, maka dari Juli hingga September terdapat 50 ton partikel merah yang tercurah ke Bumi.
unic post. ^_^ ..
BalasHapusditunggu kunjung baliknya di :
http://hilmyinfo.wordpress.com