Banyak film yang diambil dari kisah nyata dan menjadi box office di
Amerika. Tapi dari semua kisah nyata yang diangkat ke layar lebar, ada
satu film yang menjadi box office nomor satu sepanjang masa di Amerika,
judulnya "The Exorcism Of Emily Rose".
Tapi, bukan masalah filmnya yang akan gw bahas, tapi kisah nyata dibalik dahsyatnya film tersebut.
Anneliese Michel, Si Cantik Pintar dan Malang
Emily Rose yang sebenarnya bernama Anneliese Michel. Seorang gadis muda
cantik (anda bisa melihat betapa cantiknya gadis muda tersebut pada
gambar dibawah) yang sedang mengejar karir sebagai pengajar ahli
dibidang pendidikan dasar. Ia lahir pada tanggal 21 September 1952 di
sebuah desa kecil di Bavaria, Jerman. Ayahnya membuka jasa penggergajian
kayu dan mendidik si cantik Anneliese untuk menjadi seorang Katolik
yang taat. Anneliese melalui masa kecilnya dengan normal seperti
anak-anak kecil lainnya dan kemudian tumbuh menjadi seroang gadis yang
begitu taat akan ajaran Katoliknya.
Pada usia 17 tahun, kehidupan Anneliese berubah menjadi sebuah mimpi
buruk bagi dirinya, keluarganya dan siapa saja yang mengetahui dan
mendengar kisah hidupnya. Ia mulai mengalami serangan tak lazim pada
tubuhnya sepanjang malam. Ia melukiskan bahwa serangan itu berupa
gejala-gejala kelumpuhan dan berlanjut dengan seperti ada beban berat
yang menekan dadanya. Saat serang itu terjadi tubuhnya menjadi kaku dan
sama sekali tidak dapat bergerak dan juga berbicara.
Dakter yang memeriksanya berhipotesa bahwa Anneliese menderita serangan
ayan biasa dan dapat disembuhkan. Tapi serangan itu terus berlanjut
sampai Anneliese harus menghabiskan hampir satu tahun di rumah sakit
jiwa di Mittleberg, Jerman. Dan selama tinggal di rumah sakit tersebut,
Anneliese mulai melihat penampakkan wajah-wajah iblis menyeramkan,
Terutama setiap kali ia melakukan do'a harian. Ia pun mendengarkan
bisikan-bisakan yang mengatakan bahwa ia adalah seorang terkutuk.
Mendengar hal-hal yang diceritakan Anneliese, Dokter memberinya
obat-obatan yang dirasa ampuh untuk menurunkan tingkat stressnya. Yang
terjadi malah sebaliknya, Anneliese makin bertambah frustasi karena
obat-obatan tersebut sama sekali tidak berpengaruh bagi dirinya.
Penampakan demi penampakan yang disertai bisikan-bisikan itu semakin
menjadi dan semain membuatnya tertekan luar biasa.
Akhirnya karena tidak mengalami perkembangan, Anneliese kembali
kerumahnya dan meneruskan sekolahnya sampai kemudian ia tamat pendidikan
tinggi dengan prestasi yang mengagumkan pada tahun 1970. Ia kemudian
pindah ke kota besar untuk melanjutkan penddidikannya di Universitas
Wurzburg. Tahun 1973 ia diwisuda dengan predikat yang mengagumkan. Bukti
nyata dari Anneliese yang tidak hanya cantik tapi juga pintar, selama
dalam tekanan dari penampakan dan suara-suara yang selalu menghantuinya
dan menyakitinya secara fisik, Anneliese tetap bisa menyelesaikan
sekolahnya dengan predikat luar biasa.
Menyadari bahwa obat-obatan sama sekali tidak menolong dirinya,
gangguan-gangguan tersebut diyakini sebagai fenomena kerasukan. Ia
merasa ada iblis didalam dirinya yang semakin hari semakin muncul keluar
dan mengantui dirinya. Untuk itu ia meminta Gereja untuk melakukan
ritual pengusiran hantu dari dalam tubuhnya, Exorcism. Tapi bukannya
menolong, gereja malah menolaknya dan menyuruh gadis yang sudah terkenal
akan keimanan Katoliknya ini untuk lebih beriman lagi. Entah mengapa
gereja menganggapnya masih kurang beriman. Orang-orang dilingkungannya
mengatakan bahwa Anneliese adalah seorang biarawati yang tidak hidup
didalam biara.
Gangguan yang menurut dokter adalah penyakit biasa tersebut semakin
bertambah parah, ia mulai melukai tubuhnya sendiri, menggigit anggota
keluarganya sendiri, memakan lalat, batu bara, laba-laba dan bahkan
menggigit kepala burung yang sudah mati. Ia juga mulai sering menyobek
pakaiannya sendiri dan menggonggong seperti anjing. Parahnya lagi,
terkadang ia juga kencing dilantai dan menjilati air kencingnya sendiri.
Ia tidak lagi tidur diatas kasurnya, ia lebih menyukai tidur diatas
lantai batunya yang dingin sambil berdo'a memohon pengampunan dosa yang
sama sekali ia tidak mengerti dosa apa yang menyebabkan ia sampai harus
dihukum seperti itu. Dan kemudian, Tubuh Anneliese seakan didiami oleh
dua ruh, ruh Anneliese itu sendiri dan ruh iblis yang keluar saling
bergantian.
Setelah lima tahun hal mengerikan tersebut berjalan, orang tua Anneliese
berkeliling memohon kesetiap pendeta untuk melakukan ritual pengusian
hantu kepada putrinya disamping mereka juga memohon kesetiap dokter
untuk melanjutkan pengobatan dan penelitian terhadap penyakit mengerikan
yang diderita putri tercintanya. Orang tua Anneliese telah mengusahakan
segala sesuatunya, baik itu secara spiritual maupun ilmiah.
Gereja kemudian mengajukan beberapa syarat sebelum mereka setuju untuk
melakukan Exorcism (ritual pengusiran hantu), yaitu dengan mengadakan
ritual pendahuluan sebelum exorcism pada Anneliese dilakukan. Ritual
tersebut adalah mengadakan pengujian pada Anneliese untuk memastikan
bahwa ia memang kerasukan. Diantara penelitian itu adalah dengan
menggunakan kekuatan supranatural, penggunaan bahasa-bahasa asing dan
juga penggunaan berbagai simbol agama.
Tahun 1975, Gereja menyatakan bahwa Anneliese memang kerasukan setan.
Ternyata....,
Tidak hanya satu iblis yang merasuki Anneliese. Masing-masing iblis
mengaku sebagai Hitler, Cain, Kaisar Nero, Judas, Legion, Belial dan
Lucifer. Kedua nama yang disebutkan terakhir adalah nama Iblis dalam
tradisi kristen. Anneliese, ketika ia tidak sadar, ia berbicara dengan
penuh amarah dan geraman yang mengerikan dengan suara iblis dalam
tradisi kristen. Ia juga berbicara dengan bahasa-bahasa asing yang
kemudian diketahui bahwa bahasa-bahasa itu adalah bahasa-bahasa yang
dipakai oleh tokoh-tokoh yang merasuki Anneliese. Bahkan beberapa bahasa
yang terdengar kemudian oleh ahli sejarah diketahui sebagai bahasa yang
sudah punah lebih dari 1500 tahun yang lalu. Bahasa-bahasa yang sama
sekali tidak mungkin diketahui dan dikuasai Anneliese yang malang.
Kesehatan fisik Anneliese menurun secara drastis. Selama sepuluh bulan
ritual exorcism tersebut ia sering menolak makanan karena menurutnya
iblis-iblis tersebut tak pernah membiarkannya makan. Tempurung lutunya
pun mengalami beberapa keretakan akibat tidak kurang dari 600 kali
Anneliese malang harus berlutut dan bangun selama ritual exorcism
tersebut.
Ketika sadar dan tubuhnya kembali dikuasai oleh Anneliese, ia menulis
surat pada para pendeta yang melakukan ritual exorcism tersebut. Di
surat itu ia berkata bahwa Perawan Suci Maria telah mendatanginya dan
memberinya dua pilihan: Pertama adalah kebebasan segera dan total
dirinya dari para iblis yang berada didalam tubuhnya atau membiarkan
terus kesurupannya untuk memberikan kabar kepada dunia kekuatan iblis
yang sesungguhnya.
Pilihan pertama tidak lain adalah kematian. Dengan kematian ini ia tidak
perlu lagi mengalami semua siksaan tersebut. Dan ia akan meninggalkan
dunia dengan tenang sebagai seorang Katolik yang beriman. Pilihan kedua
ia tetap dalam kerasukannya dan siksaan yang tidak ada habisnya dari
iblis-iblis tersebut untuk dijadikan pelajaran bagi dunia bahwa iblis
memang ada dan memiliki kekuatan yang mengerikan.
Si cantik Anneliese memang tidak hanya pandai tapi juga beriman dan
begitu memikirkan orang lain dengan tidak mempedulikan penderitaan
dirinya. Ia memilih untuk terus hidup dan menjadikannya dirinya sebagai
pelajaran bagi seluruh umat manusia mengenai keberadaan dan kekuatan
iblis dengan membiarkan dirinya tersiksa. Ia memutuskan untuk
menghentikan ritual exorcism tersebut, sekali lagi, dengan tujuan untuk
mengabarkan dunia tentang keberadaan iblis dan kekuatan gelapnya dengan
membiarkan dirinya tersiksa. Dan setelah keputusna itu diambil ia
meramalkan waktu kematian dirinya.
beberapa saat sebelum ia wafat
Tengah malam, 1 Juli 1976, hari dan jam yang sama dengan yang Anneliese
ramalkan mengenai kematian dirinya, ia memejamkan mata dengan tersenyum
dan nampak tertidur dengan penuh kebahagiaan. Sinar wajahnya yang sudah
tidak lagi cantik dibalik tubuhnya yang kurus kering dan rusak tersebut
kembali bersinar. Anneliese tertidur denga penuh kedamaian dan
kebahagian tanpa pernah bangun kembali.